*

Selamat Datang di Blog COVID-19 Multimedia SMK N 1 Motoling Timur

Selasa, 31 Maret 2020

Istilah-Istilah Dalam Film

Untuk mengetahui bahasa televisi/film, kita harus mempelajari kata-katanya, susunan kalimatnya dan tata bahasanya. Hal tersebut meliputi makna masing-masing gambar (frame), hubungan antar frame (shot), hubungan antar shot (scene) dan hubungan antar scene (sequence)
1. Shot, 
Shot adalah bagian dari adegan. Seperti halnya kata-kata yang diajarkan, diurutkan satu sesudah yang lain tetapi belum tentu membentuk kalimat, begitu juga sambungan gambar-gambar menjadi satu rangkaian tertentu belum tentu dengan sendirinya berkata sesuatu. Bila hubungan gambar yang satu dengan yang lain itu memang dimaksudkan untuk menceritakan
sesuatu haruslah ada unsur-unsur yang menunjukkannya. Unsur-unsur itu dapat dicari dalam komposisi gambar-gambar itu sendiri. Misalnya obyek yang bergerak dalam frame, dalam dialog yang diteruskan, atau dalam hubungan penonton dengan obyek-obyek dalam cerita itu sebagai akibat dari letak kamera atau lensa khusus yang dipergunakan. Segala cara untuk
menghubungkan gambar-gambar dalam satuan tertentu sehingga dapat dicampur-campur disebut editing. Susunan gambar menjadi satu shot diatur menurut aturan tertentu itulah yang membuat penonton yang melihatnya akan dapat mengartikannya. Penonton akan mampu membaca dan menafsirkan apa saja yang mau diungkapkan oleh “kalimat” tertentu itu.
2. Scene (adegan), 
Untuk membuat suatu scene, shot-shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene yang klasik disusun mulai dengan long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Orang-orang bukan lagi mempertahankan shot-shotnya dalam membuat
scene, tetapi arti scene itu sendiri. Hal penting yang diperlukan dalam sebuah scene adalah sebuah adegan atau action yang dipandang dari beberapa sudut kamera. Misalnya sebuah scene mengenai perkelahian, maka akan terlihat perkelahian itu dari sudut kiri dan kanan, dari lawan satu ke lawan yang lain.
Ada bermacam transisi untuk menyusun shot-shot menjadi scene, yaitu cut, dissolve, fade in, fade out, wipe. Transisi-transisi ini dapat dipakai untuk menunjukkan hubungan peristiwa, pergantian waktu atau tempat.
- Cut, adalah perpindahan atau pergantian langsung dari satu shot ke shot yang lain. Cut mempunyai fungsi untuk kesinambungan action, detail obyek, perubahan tempat dan waktu, serta menciptakan irama kejadian.
- Dissolve, adalah perpindahan gambar secara tumpang tindih dari akhir suatu shot dengan awal dari suatu shot berikutnya
- Fade, adalah efek optik yang digunakan untuk keperluan transisi, dimana gambar berubah secara berangsur-angsur menjadi gelap (fade out) atau dari gelap perlahan-lahan menjadi nampak gambarnya (fade in).
- Wipe, adalah efek optik yang berfungsi sebagai transisi dari adegan pada layar tampak seperti garis menghapus gambar yang terdahulu, sementara gambar adegan berikutnya mulai muncul mengikuti garis tersebut.
3. Sequence (babak), 
Jika scene-scene disusun menjadi satu kesatuan, kita akan mendapatkan sebuah sequence. Dalam suatu sequence, diperoleh suatu mood atau kejadian utuh. Misalnya sebuah sequence tentang pengejaran seorang penjahat. Terlihat dalam sequence itu, seorang penjahat yang lari melalui jalan raya, terminal, jembatan, sungai, hutan dan dibelakangnya banyak polisi yang mengejarnya beserta anjing-anjing pelacak sampai pengejaran itu berakhir, entah penjahat itu tertangkap entah tidak. Bila penjahat itu tertangkap, sequence berikutnya mungkin sequence di pengadilan. Kalau tidak tertangkap, sequence berikutnya adalah penjahat itu bertemu dengan
teman-temannya.
20
Sebuah sequence biasanya terdiri dari scene-scene pendahuluan, tengah dan akhir yang kemudian disambung oleh sequence lain dengan struktur yang sama. Berdasarkan kepandaian mempergunakan jenis-jenis hubungan (transisi) shot-shot menjadi scene, dari scene-scene menjadi sequence itu, suatu cerita akan menunjukkan gaya tersendiri. Dengan gaya yang khusus dapat dikenali sebuah film romantik, dramatis, komedis atau tragis.
Terdapat lima prinsip yang perlu diperhatikan agar pengambilan gambar yang akan dilakukan mempunyai nuansa sistemik. Kelima prinsip itu adalah camera angle, continuity, close up, composition, dan cutting.
1. Camera angle
Camera angle adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili penonton. Dengan demikian, penempatan kamera menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat penonton atau oleh kamera pada suatu shot. Sebagai patokan untuk menetapkan posisi kamera dalam pengambilan gambar terdapat dua buah pertanyaan yang harus dijawab yaitu, dimanakah sudut pandang terba k untuk pengambilan suatu adegan (scene) dan seberapa luas atau banyak wilayah yang harus diambil Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya, jika penempatan sudut kamera dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah di shot kemungkinan tidak tertangkap atau sulit dipahami oleh penonton. Oleh karena itu, penempatan sudut pandang kamera menjadi
faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.
2. Continuity
Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan , lancar, dan mengalir secara logis. Inilah aspek continuity sebuah film. Sebuah film, baik itu sebuah rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus21 mampu memberikan sebuah realitas kehidupan yang nyata bagi penontonnya. Dengan demikian, dapat dikatakan film adalah suatu dunia pura-pura yang meyakinkan dan itu dapat terwujud apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik dan diterima wajaroleh penonton.
Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail, karena dengan cara demikianlah kesinambungan dapat terjaga dengan baik. Dalam perencanaan (pra produksi), baik itu yang berupa catatan-catatan ide, corat-coret outline, desain storyboard, ataupun shoting script, harus memasukkan pertimbangan kesinambungan ini, karena jika tidak dilakukan, film yang dibuat hanya merupakan kumpulan shot yang tidak jelas.
Film mempunyai waktu dan ruangnya sendiri. Waktu dalam film dapat dipersempit atau dikembangkan.
a. Kesinambungan waktu
Waktu yang sesungguhnya selalu bergerak ke depan, tetapi dalam film waktu dapat dimainkan. Ada empat kategori waktu dalam film, yaitu masa sekarang, masa lampau, masa depan dan menurut kondisi waktu.
- Masa sekarang
Film yang menggunakan kesinambungan masa sekarang berarti membuat keseluruhan film itu seperti terjadi saat ini. Kejadian masa lampau dapat juga diceritakan seperti terjadi masa kini.
Kesan dramatis akan terasa lebih kuat karena seolah-olah penonton diajak terlibat seperti menjadi saksi peristiwa tersebut
- Masa lampau
Masa lampau dapat diceritakan secara flashback untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi sebelum cerita dimulai atau perulangan peristiwa yang sudah disajikan terlebih dahulu.
22
Cerita sejarah dapat ditampilkan seolah-olah terjadi masa kini didepan penonton.
- Masa depan
Kilasan ke depan adalah kebalikan dari flashback. Waktu bergerak maju ke masa depan untuk menggambarkan kejadiankejadian yang akan atau dapat terjadi dan kemudian kembali ke
masa kini. Biasanya berupa sebuah dugaan atau khayalan ilmiah (science fiction)
- Kondisi waktu
Yang dimaksud kondisi waktu adalah penggambaran waktu sebagaimana dikondisikan oleh elemen-elemen lain dalam cerita. Biasanya digunakan untuk menggambarkan mimpi buruk, fantasi tokokh yang ada dalam cerita, ingatan seseorang akan peristiwa traumatic dan sebagainya.
b. Kesinambungan ruang
Cerita yang peristiwanya bergerak dari satu tempat ke tepat lain membutuhkan pemikiran kesinambungan ruang. Agar dapat diterima dengan mudah oleh penonton, suatu kerangka logika dari suatu pergerakan harus diperlihatkan. Penonton harus dibuat sedemikian rupa menyadari lokasi/ruang dari action dana rah gerakan itu sehingga penonton selalu sadar darimana pemain datang dan kemana pemain pergi.
Untuk menggambarkan sebuah perjalanan panjang, ruang dapat dipersingkat dan tidak perlu semua ditunjukkan. Cukup mengambil bagian yang terpenting dan bagus yang dapat memberi kesan suatu progress ke tujuan.
3. Close up
Close up adalah sarana yang sangat unik dalam video. Close up pada video memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan detail dalam suatu kejadian. Dalam sebuah pertunjukan drama, music ataupun tarian diatas panggung, penonton harus menyaksikan dari jarak tertentu dan tidak dapat berubah-ubah. Dengan menggunakan close up, video dapat tersaji bagian kecil dari suatu kejadian dalam adegan. Penonton sesaat dapat melihat secara detail bagian yang sangat kecil itu. Misalnya, adegan seorang dokter sedang menancapkan jarum suntuk ke lengan pasien, dalam drama panggung penonton tidak akan dapat menyaksikan dengan jelas. Close up yang dipilih secara seksama, direkam secara
sempurna, dan disunting dengan tepat akan menciptakan dampak
dramatis dalam suatu kejadian.
Close up adalah salah satu sarana penuturan cerita yang sangat kuat
bagi pembuat film. Sutradara film cerita biasanya sangat berkepentingan
dengan aspek-aspek visual dan close up. Oleh karena itu close up harus
dipertimbangkan, baik dari sudut visual maupun penyuntingnya.
4. Composition
Seorang pembuat film akan selalu dihadapkan pada salah satu hal yang sangat penting untuk dipikirkan dalam proses pembuatan film, yaitu bagaimana pembuatan komposisi yang baik disetiap adegan dalam film. Tujuan membuat gambar dengan pertimbangan komposisi adalah
menampilkan gambar yang menarik bagi penonton agar penonton tidak mau melepaskan gambar yang ditampilkan dalam sekejap mata pun. Maka penonton tidak akan berpindah kea rah lain atau tergoda untuk menengok tempat lain.
Komposisi merupakan pengaturan dari unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang serasi dalam sebuah bingkai. Seorang kameramen harus menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai dalam viewfinder kamera, yang dikenal dengan istilah framing. Komposisi berhubungan dengan selera artistic, kesadaran emosional, pengalaman dan latar belakang pribadi juru kamera sehingga seyogyanya komposisi jangan digariskan dengan aturan yang ketat. Penataan komposisi bukanlah sesuatu yang mekanik. Perhitungan matematika dan geometri memang menunjang keberhasilan, namun kesulitan mendasar dalam membuat komposisi untuk audio visual bagi seorang juru kamera tidak saja berurusan dengan bentuk dari pemain dan obyek tetapi juga dengan bentuk gerakan. Oleh karena itu, jika seorang juru kamera mau memakai pengaturan komposisi fotografi (statis) sebagai pertimbangan dalam membuat video yang bergerak, dia harus memperhatikan kesinambungannya. Oleh karena itu juru kamera harus membuat setiap frame dalam sebuah shot berdasarkan prinsipprinsip sinematik, yaitu keindahan komposisi dari gambar-gambar bergerak. Maka setiap shot harus dirancang berdasarkan tujuan sinematik yaitu:
a. Mengarahkan perhatian penonton pada subyek/obyek yang terpenting Dalam setiap adegan, shot-shot hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga mengarahkan perhatian penonton kepada subyek/obyek yang mempunyai arti dramatic. Untuk itu, juru kamera perlu
memperhatikan berbagai macam cara pengambilan gambar, yaitu:
- Berdasarkan ukuran dan jarak subyek/obyek
Biasanya mata penonton akan tertarik pada subyek/obyek yang lebih besar dan dekat daripada subyek/obyek yang lebih kecil dan jauh. Wajah seorang aktor yang muncul di latar depan sangat mungkin menjadi titik fokus perhatian penonton.
- Ketajaman fokus
Subyek/obyek yang menjadi focus akan lebih diperhatikan penonton daripada yang kabur. Misalnya juru kamera telah menempatkan dua tokoh yang sedang berbicara, yang satu diatur
sedemikian rupa mempunyai ukuran yang lebih besar sedangkan satunya berada lebih jauh dari kamera sehigga ukurannya lebihkecil. Namun, karena fokusnya diletakkan pada subyek yang ukurannya lebih kecil, maka subyek tersebut akan lebih menarik perhatian penonton disbanding subyek yang ukurannya besar tapi gambarnya kabur.
- Bergerak
Mata akan lebih tertarik pada benda yang bergerak dibandingkan yang statis. Sebuah benda yang bergerak ditengah adegan yang statis akan menarik perhatian penonton.
- Close up ekstrem
Close up ekstrem merupakan cara yang baik yang akan mempengaruhi penonton agar memusatkan perhatian pada apa yang dimaksudkan juru kamera. Misalnya pada adegan
sekelompok prajurit yang berdiri berjajar terdapat seorang prajurit yang selalu memutar-mutar pedangnya sementara yang lain diam saja. Prajurit yang memutar-mutar pedang tersebut tentu akan menjadi pusat perhatian penonton.
- Pembingkaian latar belakang
Juru kamera dapat membuat bingkai baru dalam frame dengan memanfaatkan latar depan subyek/obyek yang akan diarahkan sebagai pusat perhatian. Misalnya juru kamera mengambil
gambar seseorang yang sedang membaca di taman dari sela-sela dedaunan pagar hidup.
- Menggunakan cahaya atau warna
Penggunaan warna dan cahaya dapat membantu penonton mengarahkan perhatian pada subyek/obyek yang penting. Bendabenda yang terang akan lebih menarik dibandingkan yang gelap.
Demikian juga warna-warna cerah akan lebih menarik
dibandingkan warna suram.
- Gerak lensa zoom Lensa zoom adalah lensa yang memiliki kemampuan
mendekatkan atau menjauhkan subyek/obyek secara optik tanpa harus mendekatkan atau menjauhkan kamera. Dengan menggunakan gerakan lensa zoom suatu adegan dapat semakin
terasa dramatis
- Gerak kamera mobil
Jika kamera dapat mengikuti arah gerak mobil, maka kemungkinan pengayaan gerak akan semakin bertambah. Dengan membebaskan kamera pada posisi statisnya, seorang juru kamera dapat menciptakan sudut pandang kamera yang terus menerus sehingga penonton memperoleh sajian gambar bergerak. Misalnya dengan memasang kamera diatas derek atau
crane atau steady cam, juru kamera dapat menggerakkan kamera dengan mulus kemana saja. Dengan demikian unsur dramatis semakin meningkat.
b. Menciptakan ilusi kedalaman.
Komposisi sinematik juga harus memberikan perhatian pada usaha untuk menciptakan ilusi kedalaman atau suatu kesan tiga dimensi pada layar yang pada dasarnya layar tersebut bersifat dua dimensi. Untuk mencapai tujuan itu, seorang juru kamera dapat menggunakan
beberapa macam teknik
- Gerak subyek
Untuk menciptakan kesan kedalaman, seorang juru kamera dapat mengatur subyek agar melakukan gerakan diagonal atau mengatur penempatan kamera pada posisi tertentu sehingga pada hasil pengambilan gambar nantinya dapat mendapatkan
gerakan diagonal.
- Seleksi pokok
Dengan membuat subyek tertentu lebih focus (tajam) disbanding subyek yang lain, akan tercipta suatu dimensi kedalaman pada
gambar yang di rekam.
- Pembingkaian latar depan
Subyek utama diberi bingkai oleh subyek atau obyek dilator depan. Contohnya, seorang tukang ban mobil sedang asyik dengan pekerjaannya membongkar ban yang bocor. Seorang juru kamera mengambil sebuah ban luar yang ukurannya besar kemudian diletakkan berdiri. Selanjutnya kamera diletakkan setinggi ban tersebut dan mengambil gambar tukang tambal ban yang sedang asyik mengerjakan pekerjaannya dari celah ban yang posisinya berdiri. Pengambilan gambar yang demikian juga dapat menciptakan kesan tiga dimensi.
- Efek dengan penyinaran cahaya
Dengan memberi cahaya yang berbeda intensitasnya pada suatu subyek diantara subyek subyek lain yang tidak mendapatkan cahaya dengan intensitas yang sama, juga dapat menciptakan
kesan kedalaman. Contohnya, sebuah adegan three shot dengan komposisi subyek berdiri di kiri dan kanan sedangkan seorang subyek yang lain sedang duduk dikursi yang rendah. Kemudian sebuah sorotan cahaya lunak diterpakan ke wajah subyek yang duduk di tengah itu. Keadaan yang demikian dapat menciptakan kesan gambar yang mempunyai kedalaman.
5. Cutting (Editing)
Editing adalah jiwa dari sebuah film. Editing adalah suatu proses memilih, mengatur dan menyusun shot-shot menjadi satu scene, menyusun dan mengatur scene-scene menjadi sequence yang akhirnya merupakan rangkaian shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Dengan kata lain, pekerjaan editing adalah menyingkirkan semua yang berlebihan,
yang tidak diperlukan dalam pengambilan gambar sebelumnya, termasuk
pengambilan gambar yang salah.
Editor adalah seseorang yang mempunyai peran membantu atau bekerja sama dengan sutradara, mempunyai kewajiban merangkai gambar dengan baik dan teliti sehingga dapat bercerita kepada penonton. Editor harus bekerja dengan menggunakan kepekaan artistic, persepsi artistikdan pertimbangan estetik dengan menyertakan keterlibatan batinnya menjadi bagian dari film yang akandibuat.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang editor ketika melakukan
tugas editing:
- Memilih shot
- Mempertimbangkan keterpaduan dan kesinambungan
- Memilih jenis transisi yang digunakan
- Membentuk irama/tempo
Dalam pembuatan film, terdapat tiga jenis editing, yaitu kesinambungan, kompilasi, dan gabungan kesinambungan dan kompilasi.
a. Editing kesinambungan
Penuturan cerita disampaikan dengan menyusun gambar secara berurutan dan berkesinambungan.
b. Editing kompilasi
Penuturan cerita disampaikan dengan narasi dan gambar-gambar yang ditampilkan sebagai ilustrasi dalam penuturan tersebut sehingga penonton menjadi terbantu oleh gambar-gambar dalam memahami uraian naratifnya.
c. Gabungan editing kesinambungan dan kompilasi
Film-film cerita dapat menggunakan kedua jenis editing tersebut meskipun biasanya lebih sering dengan editing kesinambungan. Namun, pada intro yang menggunakan trailer, biasanya menggunakan editing kompilasi dari
cuplikan peristiwa yang nanti akan disajikan dalam cerita utuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar