Untuk mengetahui bahasa televisi/film, kita
harus mempelajari kata-katanya, susunan kalimatnya
dan tata bahasanya. Hal tersebut meliputi makna masing-masing gambar (frame),
hubungan antar frame (shot), hubungan antar shot (scene) dan hubungan antar
scene (sequence)
1. Shot,
Shot adalah bagian dari adegan. Seperti halnya
kata-kata yang diajarkan, diurutkan satu sesudah yang lain tetapi belum
tentu membentuk kalimat, begitu juga sambungan gambar-gambar menjadi
satu rangkaian tertentu belum tentu dengan sendirinya berkata sesuatu.
Bila hubungan gambar yang satu dengan yang lain itu memang
dimaksudkan untuk menceritakan
sesuatu haruslah ada unsur-unsur yang
menunjukkannya. Unsur-unsur itu dapat dicari dalam komposisi gambar-gambar itu
sendiri. Misalnya obyek yang bergerak dalam frame, dalam dialog yang
diteruskan, atau dalam hubungan penonton dengan obyek-obyek dalam
cerita itu sebagai akibat dari letak kamera atau lensa khusus yang
dipergunakan. Segala cara untuk
menghubungkan gambar-gambar dalam satuan
tertentu sehingga dapat dicampur-campur disebut editing. Susunan gambar
menjadi satu shot diatur menurut aturan tertentu itulah yang membuat
penonton yang melihatnya akan dapat mengartikannya. Penonton akan mampu
membaca dan menafsirkan apa saja yang mau diungkapkan oleh “kalimat”
tertentu itu.
2. Scene (adegan),
Untuk membuat suatu scene, shot-shot
dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene yang klasik disusun mulai dengan
long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan
sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak
lagi ditaati secara ketat. Orang-orang bukan lagi mempertahankan
shot-shotnya dalam membuat
scene, tetapi arti scene itu sendiri. Hal
penting yang diperlukan dalam sebuah scene adalah sebuah adegan atau action
yang dipandang dari beberapa sudut kamera. Misalnya sebuah scene
mengenai perkelahian, maka akan terlihat perkelahian itu dari sudut
kiri dan kanan, dari lawan satu ke lawan yang lain.
Ada bermacam transisi untuk menyusun shot-shot
menjadi scene, yaitu cut, dissolve, fade in, fade out, wipe.
Transisi-transisi ini dapat dipakai untuk menunjukkan hubungan peristiwa, pergantian
waktu atau tempat.
- Cut, adalah perpindahan atau pergantian
langsung dari satu shot ke shot yang lain. Cut mempunyai fungsi untuk
kesinambungan action, detail obyek, perubahan tempat dan waktu, serta
menciptakan irama kejadian.
- Dissolve, adalah perpindahan gambar secara
tumpang tindih dari akhir suatu shot dengan awal dari suatu shot
berikutnya
- Fade, adalah efek optik yang digunakan untuk
keperluan transisi, dimana gambar berubah secara berangsur-angsur menjadi
gelap (fade out) atau dari gelap perlahan-lahan menjadi nampak
gambarnya (fade in).
- Wipe, adalah efek optik yang berfungsi
sebagai transisi dari adegan pada layar tampak seperti garis menghapus gambar
yang terdahulu, sementara gambar adegan berikutnya mulai muncul mengikuti
garis tersebut.
3. Sequence (babak),
Jika scene-scene disusun menjadi satu kesatuan,
kita akan mendapatkan sebuah sequence. Dalam suatu sequence,
diperoleh suatu mood atau kejadian utuh. Misalnya sebuah sequence tentang
pengejaran seorang penjahat. Terlihat dalam sequence itu, seorang
penjahat yang lari melalui jalan raya, terminal, jembatan, sungai, hutan
dan dibelakangnya banyak polisi yang mengejarnya beserta anjing-anjing
pelacak sampai pengejaran itu berakhir, entah penjahat itu tertangkap
entah tidak. Bila penjahat itu tertangkap, sequence berikutnya mungkin
sequence di pengadilan. Kalau tidak tertangkap, sequence berikutnya adalah
penjahat itu bertemu dengan
teman-temannya.
20
Sebuah sequence biasanya terdiri dari
scene-scene pendahuluan, tengah dan akhir yang kemudian disambung oleh sequence
lain dengan struktur yang sama. Berdasarkan kepandaian mempergunakan
jenis-jenis hubungan (transisi) shot-shot menjadi scene, dari
scene-scene menjadi sequence itu, suatu cerita akan menunjukkan gaya tersendiri.
Dengan gaya yang khusus dapat dikenali sebuah film romantik, dramatis,
komedis atau tragis.
Terdapat lima prinsip yang perlu diperhatikan
agar pengambilan gambar yang akan dilakukan mempunyai nuansa sistemik.
Kelima prinsip itu adalah camera angle, continuity, close
up, composition, dan cutting.
1. Camera angle
Camera angle adalah sudut pandang penonton.
Mata kamera adalah adalah mata penonton. Sudut pandang kamera
mewakili penonton. Dengan demikian, penempatan kamera menentukan
sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat penonton atau
oleh kamera pada suatu shot. Sebagai patokan untuk menetapkan posisi
kamera dalam pengambilan gambar terdapat dua buah pertanyaan
yang harus dijawab yaitu, dimanakah sudut pandang terba k untuk
pengambilan suatu adegan (scene) dan seberapa luas atau banyak
wilayah yang harus diambil Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan
mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita.
Sebaliknya, jika penempatan sudut kamera dilakukan tanpa motivasi
tertentu maka makna gambar yang telah di shot kemungkinan tidak tertangkap
atau sulit dipahami oleh penonton. Oleh karena itu, penempatan sudut
pandang kamera menjadi
faktor yang sangat penting dalam membangun
cerita yang berkesinambungan.
2. Continuity
Sebuah film harus menampilkan urutan gambar
yang berkesinambungan , lancar, dan mengalir secara logis. Inilah
aspek continuity sebuah film. Sebuah film, baik itu sebuah rekaman kenyataan
ataupun fiksi, harus21 mampu memberikan sebuah realitas kehidupan yang
nyata bagi penontonnya. Dengan demikian, dapat dikatakan
film adalah suatu dunia pura-pura yang meyakinkan dan itu dapat
terwujud apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik
dan diterima wajaroleh penonton.
Membuat film harus direncanakan dengan baik dan
detail, karena dengan cara demikianlah kesinambungan dapat terjaga dengan
baik. Dalam perencanaan (pra produksi), baik itu yang
berupa catatan-catatan ide, corat-coret outline, desain storyboard, ataupun
shoting script, harus memasukkan pertimbangan kesinambungan ini,
karena jika tidak dilakukan, film yang dibuat hanya merupakan
kumpulan shot yang tidak jelas.
Film mempunyai waktu dan ruangnya sendiri.
Waktu dalam film dapat dipersempit atau dikembangkan.
a. Kesinambungan waktu
Waktu yang sesungguhnya selalu bergerak ke
depan, tetapi dalam film waktu dapat dimainkan. Ada empat kategori
waktu dalam film, yaitu masa sekarang, masa lampau, masa depan
dan menurut kondisi waktu.
- Masa sekarang
Film yang menggunakan kesinambungan masa
sekarang berarti membuat keseluruhan film itu seperti terjadi saat
ini. Kejadian masa lampau dapat juga diceritakan seperti
terjadi masa kini.
Kesan dramatis akan terasa lebih kuat karena
seolah-olah penonton diajak terlibat seperti menjadi saksi
peristiwa tersebut
- Masa lampau
Masa lampau dapat diceritakan secara flashback
untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi sebelum
cerita dimulai atau perulangan peristiwa yang sudah disajikan
terlebih dahulu.
22
Cerita sejarah dapat ditampilkan seolah-olah
terjadi masa kini didepan penonton.
- Masa depan
Kilasan ke depan adalah kebalikan dari
flashback. Waktu bergerak maju ke masa depan untuk menggambarkan
kejadiankejadian yang akan atau dapat terjadi dan kemudian
kembali ke
masa kini. Biasanya berupa sebuah dugaan atau
khayalan ilmiah (science fiction)
- Kondisi waktu
Yang dimaksud kondisi waktu adalah penggambaran
waktu sebagaimana dikondisikan oleh elemen-elemen
lain dalam cerita. Biasanya digunakan untuk menggambarkan mimpi
buruk, fantasi tokokh yang ada dalam cerita, ingatan seseorang
akan peristiwa traumatic dan sebagainya.
b. Kesinambungan ruang
Cerita yang peristiwanya bergerak dari satu
tempat ke tepat lain membutuhkan pemikiran kesinambungan ruang. Agar
dapat diterima dengan mudah oleh penonton, suatu kerangka
logika dari suatu pergerakan harus diperlihatkan. Penonton harus
dibuat sedemikian rupa menyadari lokasi/ruang dari action dana
rah gerakan itu sehingga penonton selalu sadar darimana pemain
datang dan kemana pemain pergi.
Untuk menggambarkan sebuah perjalanan panjang,
ruang dapat dipersingkat dan tidak perlu semua ditunjukkan.
Cukup mengambil bagian yang terpenting dan bagus yang dapat
memberi kesan suatu progress ke tujuan.
3. Close up
Close up adalah sarana yang sangat unik dalam
video. Close up pada video memberikan kemungkinan suatu penyajian
yang rinci dan detail dalam suatu kejadian. Dalam sebuah pertunjukan
drama, music ataupun tarian diatas panggung, penonton harus
menyaksikan dari jarak tertentu dan tidak dapat berubah-ubah. Dengan
menggunakan close up, video dapat tersaji bagian kecil dari suatu kejadian
dalam adegan. Penonton sesaat dapat melihat secara detail bagian yang
sangat kecil itu. Misalnya, adegan seorang dokter sedang menancapkan jarum
suntuk ke lengan pasien, dalam drama panggung penonton tidak
akan dapat menyaksikan dengan jelas. Close up yang dipilih secara
seksama, direkam secara
sempurna, dan disunting dengan tepat akan
menciptakan dampak
dramatis dalam suatu kejadian.
Close up adalah salah satu sarana penuturan
cerita yang sangat kuat
bagi pembuat film. Sutradara film cerita
biasanya sangat berkepentingan
dengan aspek-aspek visual dan close up. Oleh
karena itu close up harus
dipertimbangkan, baik dari sudut visual maupun
penyuntingnya.
4. Composition
Seorang pembuat film akan selalu dihadapkan
pada salah satu hal yang sangat penting untuk dipikirkan dalam proses
pembuatan film, yaitu bagaimana pembuatan komposisi yang baik
disetiap adegan dalam film. Tujuan membuat gambar dengan pertimbangan
komposisi adalah
menampilkan gambar yang menarik bagi penonton
agar penonton tidak mau melepaskan gambar yang ditampilkan dalam
sekejap mata pun. Maka penonton tidak akan berpindah kea rah lain
atau tergoda untuk menengok tempat lain.
Komposisi merupakan pengaturan dari unsur-unsur
yang terdapat dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang
serasi dalam sebuah bingkai. Seorang kameramen harus menentukan apa
yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi
oleh bingkai dalam viewfinder kamera, yang dikenal dengan istilah
framing. Komposisi berhubungan dengan selera artistic,
kesadaran emosional, pengalaman dan latar belakang pribadi juru
kamera sehingga seyogyanya komposisi jangan digariskan dengan
aturan yang ketat. Penataan komposisi bukanlah sesuatu yang
mekanik. Perhitungan matematika dan geometri memang menunjang
keberhasilan, namun kesulitan mendasar dalam membuat komposisi
untuk audio visual bagi seorang juru kamera tidak saja berurusan dengan
bentuk dari pemain dan obyek tetapi juga dengan bentuk gerakan.
Oleh karena itu, jika seorang juru kamera mau memakai pengaturan
komposisi fotografi (statis) sebagai pertimbangan dalam membuat
video yang bergerak, dia harus memperhatikan kesinambungannya. Oleh
karena itu juru kamera harus membuat setiap frame dalam sebuah shot
berdasarkan prinsipprinsip sinematik, yaitu keindahan komposisi dari
gambar-gambar bergerak. Maka setiap shot harus dirancang
berdasarkan tujuan sinematik yaitu:
a. Mengarahkan perhatian penonton pada
subyek/obyek yang terpenting Dalam setiap adegan, shot-shot hendaknya ditata
sedemikian rupa sehingga mengarahkan perhatian penonton kepada
subyek/obyek yang mempunyai arti dramatic. Untuk itu, juru
kamera perlu
memperhatikan berbagai macam cara pengambilan
gambar, yaitu:
- Berdasarkan ukuran dan jarak subyek/obyek
Biasanya mata penonton akan tertarik pada
subyek/obyek yang lebih besar dan dekat daripada subyek/obyek
yang lebih kecil dan jauh. Wajah seorang aktor yang muncul di latar
depan sangat mungkin menjadi titik fokus perhatian penonton.
- Ketajaman fokus
Subyek/obyek yang menjadi focus akan lebih
diperhatikan penonton daripada yang kabur. Misalnya juru
kamera telah menempatkan dua tokoh yang sedang berbicara,
yang satu diatur
sedemikian rupa mempunyai ukuran yang lebih
besar sedangkan satunya berada lebih jauh dari kamera sehigga
ukurannya lebihkecil. Namun, karena fokusnya diletakkan pada
subyek yang ukurannya lebih kecil, maka subyek tersebut
akan lebih menarik perhatian penonton disbanding subyek yang
ukurannya besar tapi gambarnya kabur.
- Bergerak
Mata akan lebih tertarik pada benda yang
bergerak dibandingkan yang statis. Sebuah benda yang bergerak
ditengah adegan yang statis akan menarik perhatian penonton.
- Close up ekstrem
Close up ekstrem merupakan cara yang baik yang
akan mempengaruhi penonton agar memusatkan perhatian
pada apa yang dimaksudkan juru kamera. Misalnya pada
adegan
sekelompok prajurit yang berdiri berjajar
terdapat seorang prajurit yang selalu memutar-mutar pedangnya sementara
yang lain diam saja. Prajurit yang memutar-mutar pedang
tersebut tentu akan menjadi pusat perhatian penonton.
- Pembingkaian latar belakang
Juru kamera dapat membuat bingkai baru dalam
frame dengan memanfaatkan latar depan subyek/obyek yang akan
diarahkan sebagai pusat perhatian. Misalnya juru kamera
mengambil
gambar seseorang yang sedang membaca di taman
dari sela-sela dedaunan pagar hidup.
- Menggunakan cahaya atau warna
Penggunaan warna dan cahaya dapat membantu
penonton mengarahkan perhatian pada subyek/obyek yang
penting. Bendabenda yang terang akan lebih menarik dibandingkan
yang gelap.
Demikian juga warna-warna cerah akan lebih
menarik
dibandingkan warna suram.
- Gerak lensa zoom Lensa zoom adalah lensa yang memiliki kemampuan
mendekatkan atau menjauhkan subyek/obyek secara
optik tanpa harus mendekatkan atau menjauhkan kamera.
Dengan menggunakan gerakan lensa zoom suatu adegan
dapat semakin
terasa dramatis
- Gerak kamera mobil
Jika kamera dapat mengikuti arah gerak mobil,
maka kemungkinan pengayaan gerak akan semakin
bertambah. Dengan membebaskan kamera pada posisi
statisnya, seorang juru kamera dapat menciptakan sudut pandang
kamera yang terus menerus sehingga penonton memperoleh sajian
gambar bergerak. Misalnya dengan memasang kamera
diatas derek atau
crane atau steady cam, juru kamera dapat
menggerakkan kamera dengan mulus kemana saja. Dengan demikian unsur
dramatis semakin meningkat.
b. Menciptakan ilusi kedalaman.
Komposisi sinematik juga harus memberikan
perhatian pada usaha untuk menciptakan ilusi kedalaman atau suatu
kesan tiga dimensi pada layar yang pada dasarnya layar tersebut
bersifat dua dimensi. Untuk mencapai tujuan itu, seorang juru kamera
dapat menggunakan
beberapa macam teknik
- Gerak subyek
Untuk menciptakan kesan kedalaman, seorang juru
kamera dapat mengatur subyek agar melakukan gerakan diagonal
atau mengatur penempatan kamera pada posisi tertentu
sehingga pada hasil pengambilan gambar nantinya dapat
mendapatkan
gerakan diagonal.
- Seleksi pokok
Dengan membuat subyek tertentu lebih focus
(tajam) disbanding subyek yang lain, akan tercipta suatu dimensi
kedalaman pada
gambar yang di rekam.
- Pembingkaian latar depan
Subyek utama diberi bingkai oleh subyek atau
obyek dilator depan. Contohnya, seorang tukang ban mobil
sedang asyik dengan pekerjaannya membongkar ban yang bocor.
Seorang juru kamera mengambil sebuah ban luar yang ukurannya
besar kemudian diletakkan berdiri. Selanjutnya kamera
diletakkan setinggi ban tersebut dan mengambil gambar
tukang tambal ban yang sedang asyik mengerjakan pekerjaannya dari
celah ban yang posisinya berdiri. Pengambilan gambar yang
demikian juga dapat menciptakan kesan tiga dimensi.
- Efek dengan penyinaran cahaya
Dengan memberi cahaya yang berbeda
intensitasnya pada suatu subyek diantara subyek subyek lain yang tidak
mendapatkan cahaya dengan intensitas yang sama, juga dapat
menciptakan
kesan kedalaman. Contohnya, sebuah adegan three
shot dengan komposisi subyek berdiri di kiri dan kanan
sedangkan seorang subyek yang lain sedang duduk dikursi yang
rendah. Kemudian sebuah sorotan cahaya lunak diterpakan ke wajah
subyek yang duduk di tengah itu. Keadaan yang demikian
dapat menciptakan kesan gambar yang mempunyai kedalaman.
5. Cutting (Editing)
Editing adalah jiwa dari sebuah film. Editing
adalah suatu proses memilih, mengatur dan menyusun shot-shot menjadi satu
scene, menyusun dan mengatur scene-scene menjadi sequence yang
akhirnya merupakan rangkaian shot yang bertutur tentang suatu
cerita yang utuh. Dengan kata lain, pekerjaan editing adalah menyingkirkan
semua yang berlebihan,
yang tidak diperlukan dalam pengambilan gambar
sebelumnya, termasuk
pengambilan gambar yang salah.
Editor adalah seseorang yang mempunyai peran
membantu atau bekerja sama dengan sutradara, mempunyai kewajiban merangkai
gambar dengan baik dan teliti sehingga dapat bercerita kepada
penonton. Editor harus bekerja dengan menggunakan kepekaan artistic, persepsi
artistikdan pertimbangan estetik dengan menyertakan keterlibatan batinnya
menjadi bagian dari film yang akandibuat.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
seorang editor ketika melakukan
tugas editing:
- Memilih shot
- Mempertimbangkan keterpaduan dan
kesinambungan
- Memilih jenis transisi yang digunakan
- Membentuk irama/tempo
Dalam pembuatan film, terdapat tiga jenis
editing, yaitu kesinambungan, kompilasi, dan gabungan kesinambungan dan
kompilasi.
a. Editing kesinambungan
Penuturan cerita disampaikan dengan menyusun
gambar secara berurutan dan berkesinambungan.
b. Editing kompilasi
Penuturan cerita disampaikan dengan narasi dan
gambar-gambar yang ditampilkan sebagai ilustrasi dalam penuturan
tersebut sehingga penonton menjadi terbantu oleh gambar-gambar dalam
memahami uraian naratifnya.
c. Gabungan editing kesinambungan dan kompilasi
Film-film cerita dapat menggunakan kedua jenis
editing tersebut meskipun biasanya lebih sering dengan editing
kesinambungan. Namun, pada intro yang menggunakan trailer, biasanya
menggunakan editing kompilasi dari
cuplikan
peristiwa yang nanti akan disajikan dalam cerita utuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar