*

Selamat Datang di Blog COVID-19 Multimedia SMK N 1 Motoling Timur

Jumat, 09 Oktober 2020

PRINSIP DAN UNSUR-UNSUR TIPOGRAFI

Prinsip-Prinsip Tipografi Prinsip dari tipografi ini telah diakui oleh banyak pakar tipografi. Tipografi ini terbagi menjadi dua prinsip besar, yaitu sebagai berikut : 1. Prinsip Keterbacaan Tipografi Huruf kecil cenderung lebih baik tingkat keterbacaannya bila dibandingkan dengan huruf besar/kapital. Kemungkinan karena huruf kecil bentuknya jauh lebih kontras satu sama lain. Huruf lurus (standar) jauh lebih mudah dibaca bila dibandingkan dengan huruf miring (italic), Tapi bila kata huruf miring di apit oleh huruf reguler, justru tingkat keterbacaannya akan meningkat. Warna kontras cenderung membantu dari tingkat keterbacaan, Tapi bila terlalu kontras akan membuat mata akan cepat lelah. Oleh karena itu kebanyakan website hari ini tidak memakai warna hitam murni, tetapi menggunakan abu gelap di atas putih. Teks gelap di atas background terang lebih mudah dibaca dibandingkan dengan teks terang di atas background gelap. Warna abu tua di atas krem yaitu kombinasi warna yang memiliki keterbacaan paling baik sekaligus nyaman. 2. Prinsip Estetis Tipografi Batasi penggunaan typeface dalam satu halaman/desain. Dua jenis typeface biasanya sudah cukup, satu untuk judul dan satu untuk isi. Batasi penggunaan warna, satu untuk judul dan satu untuk isi. Gunakan minimal tiga ukuran dan atau weight yang berbeda untuk memaksimalkan kontras dan keindahan tipografi. Gunakan ukuran yang konsisten untuk setiap set teks yang berbeda. Berikan letter spacing lebih untuk font berukuran kecil dan kurangi spasi letter spacing untuk font ukuran besar. Pastikan line height dan jarak antar spasi berbeda jauh, terutama jika line height dibuat menjadi lebih renggang. Unsur-Unsur Tipografi 1. Ornamen dan Bidang Cetak Ornamen dalam tipografi modern ini jarang digunakan. Umumnya ornamen hanya digunakan sebagai bahan cetakan undangan, piagam, ijazah dan pekerjaan dekoratif lainnya. Bidang cetak ini dapat dilakukan dalam berbagai warna yang dicetak sebagai dasar. Bidang-bidang tersebut bisa diberi raster atau nada-nada yang mengandung suatu unsur negatif. Baca Juga : Estetika Adalah 2. Kolom dan Garis Sebuah kolom yang terdiri dari sejumlah baris dengan lebar tertentu. Dalam praktek, lebar kolom pada kebanyakan majalah atau brosur sekitar 5 – 7 kata dan sekitar 6 – 10 huruf per kata. Pada surat kabar (koran) dengan jumlah kata perbarisnya sangat lebih sedikit, sedangkan buku lebih banyak. 3. Baris Baris terdiri dari suatu kata yang diatur satu persatu dibelakang yang lain. Diantara kata-kata ada juga jarak antara kata. Sebuah baris harus memiliki sebuah koherensi optis atau uraian kalimat yang berkaitan satu sama lain dalam suatu paragraf. 4. Kata Kata adalah suatu kombinasi susunan dari huruf-huruf tunggal, dalam arti huruf yang ditempatkan bersama untuk mengisi kata yang dapat diucapkan yang dapat menimbulkan bunyi dan mengandung arti. Ejaan yang benar adalah sebuah kata atau sebuah unsur bahasa yang ditulis dalam bentuk huruf tercetak. Susunan kata dalam kalimat juga dipengaruhi oleh jarak antar huruf dan jarak antar kata. 5. Kemiringan Huruf Kemiringan huruf yang dimaksud adalah suatu huruf yang tercetak miring dengan kata lain disebut italic. Huruf italic ini dimaksudkan untuk dapat memberikan penekanan pada sebuah kata dan umumnya digunakan terhadap teks yang tidak terlalu panjang. 6. Berat dan Lebar Huruf Pengertian berat dalam huruf terletak pada suatu perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Berat huruf yang dinilai sebagai bentuk tipis (light), normal (regular), dan tebal (bold). Pengertian lebar disini adalah sebuah perbandingan antara tinggi huruf tercetak dengan lebar huruf itu sendiri . Lebar huruf itu sendiri dapat ditinjau dari perbandingan proporsi dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu condensed, reguler dan extended. Huruf-huruf condensed dan extended ini biasanya dapat diterapkan untuk teks yang pendek seperti headline dan sub headline. 7. Ukuran Huruf Dalam penggunaan huruf setting timah, setting foto dan setting cahaya, ukuran huruf diatur point,punt,mm atau juga inch. Ukuran point atau punt yang paling umum adalah diantara 6 sampai dengan 72 pada huruf setting fotografi untuk sebuah judul dapat diatur dalam proses yang sama dan huruf-huruf secara individual dalam besar kecilnya diatur secara proporsional. 8. Bentuk Huruf Diantara sekian banyak bentuk atau jenis huruf, dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar huruf yaitu Jenis huruf kait (Serif), Jenis huruf tanpa kait (Sans Serif) dan Jenis huruf Fantasi (Dekoratif/Hias). Sebagai contoh huruf kait (Serif), tanpa kait (Sans Serif) dan Fantasi yaitu sebagai berikut : Huruf kait atau Serif (Roman, Bodoni, Garamond, Egyptian) Huruf tanpa kait atau Sans Serif (Arial, Univers, Futura) Huruf Fantasi (Sripft Types). Elemen Tipografi Ada dua elemen Tipografi yang perlu di perhatikan diantaranya ialah : 1. Huruf Teks Yaitu sebuah huruf yang tersaji untuk naskah. Pilihlah sebuah huruf teks yang unsur keterbacaanya sangat mudah dan sangat nyaman. Jangan pernah menggunakan huruf teks yang berbody tebal dan terlalu banyak lengkungan. 2. Huruf Judul Untuk penggunaan huruf judul ini lebih fleksible. Asal unsur keterbacaanya dan keefektifan dapat penyampaianya dapat terkemas dengan apik dan nyaman, maka suatu unsur penerapan dalam desainn grafis sudah terpenuhi. Klasifikasi atau Jenis – Jenis Tipografi Berdasarkan Bentuk 1. Roman Ciri dari huruf ini adalah memiliki sebuah sirip,kaki atau serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki sebuah ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan yaitu klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Baca Juga : Puisi Kontemporer 2. Egyptian Adalah suatu jenis huruf yang memiliki ciri kaki,sirip atau serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulakn yaitu kokoh, kuat, kekar dan stabil. 3. Sans Serif Pengertian San Serif adalah huruf tanpa sirip atau serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan hanya memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini yaitu modern, kontemporer dan efisien. 4. Script Huruf Script yang menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya yaitu sifast pribadi dan akrab. 5. Miscellaneous Huruf jenis ini merupakan suatu pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis yang dekoratif. Kesan yang dimiliki yaitu dekoratif dan ornamental. Klasifikasi Rupa Huruf Dalam beberapa literatur tipografi, jenis huruf ini dapat golongkan pada beberapa klasifikasi, yang berguna untuk memudahkan mengidentifikasi jenis huruf. Berdasarkan klasifikasi umum yang sering digunakan, klasifikasi berdasarkan timeline sejarahnya dan fungsinya, jenis huruf diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Blackletter atau Inggris Kuno atau Textura Yaitu sebuah tulisan tangan berdasarkan (script) yang populer pada Abad Pertengahan (sekitar abad ke-17) di Jerman (gaya gothic) dan Irlandia (Celtic gaya). 2. Humanis atau Venetian Yakni sebuah tulisan tangan berdasarkan (script) gaya Romawi di Italia. Humanis ini disebut karena stroke seperti tulisan tangan manusia. 3. Old Style Seni serif font yang memiliki suatu bentuk jenis logam, gaya ini telah mendominasi industri percetakan selama 200 tahun. 4. Transitional Rupa pada huruf serif, pertama kali muncul sekitar 1692 oleh Philip Grandjean, bernama Roman du Roi atau “jenis huruf raja”, karena dibuat atas perintah Raja Louis XIV. 5. Modern atau Didone Yaitu sebuah rupa huruf serif, muncul sekitar akhir abad ke-17, sebelum era modern. 6. Slab Serif atau Egytian Arts Serif Yang muncul sekitar abad ke-19, kadang-kadang juga disebut Egytian karena bentuknya yang mirip dengan gaya seni Mesir kuno dan arsitektur. 7. Sans – Serif Adalah sebuah rupa huruf tanpa kait. 8. Grotesque Sans – Serif Yaitu sebuah rupa hurf yang muncul sebelum abad 20. 9. Geometris Sans – Serif Merupakan dalam bentuk huruf tersebut berdasarkan sebuah bentuk geometris, seperti lingkaran persegi panjang dan segitiga. 10. Sans – Serif Humanis Yaitu sebuah bentuk huruf seperti tulisan tangan manusia. 11. Display atau Dekoratif Yang muncul sekitar abad ke-19, untuk dapat mengatasi kebutuhan di dunia periklanan. Karakternya yaitu ukurannya yang besar. 12. Script dan Kursif Yaitu huruf yang menyerupai tulisan tangan – tulisan tangan manusia. Script, yaitu huruf kecil dan terhubung satu sama lain, sementara Cursive tidak. Demikianlah penjelasan mengenai √ Tipografi : Pengertian, Sejarah, Fungsi, Prinsip, Elemen, Jenis, Klasifikasi & Contohnya Lengkap. Semoga bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan yang luas bagi para pencari ilmu. Terima Kasih. Baca Juga Artikel Lainnya : Seni Adalah Nirmana Adalah Desain Adalah Warna Adalah Sketsa Adalah

TUJUAN TIPOGRAFI

Tujuan daripada tipografi untuk (1) Meningkatkan dan mengoptimalkan “nilai untuk dibaca”; (2) Menciptakan hubungan yang kontekstual; (3) Memberikan informasi yang berarti dan menunjukkan hierarki; (4) Menciptakan kesadaran & menunjukkan keberadaan; serta (5) Mengkomunikasikan emosi. Tipografi harus diseleksi dan digunakan dengan “sepantasnya”. Kita sebagai manusia berkomunikasi melalui apa yang kita lakukan dan yang tidak kita lakukan. Oleh karena itu, Tipografi merupakan tool serba guna untuk menyampaikan informasi. Selain mengkomunikasikan makna sesungguhnya, typography juga menyampaikan: Asal (origin), Tujuan (objective), Sikon/lingkungan (environment), dan Waktu saat itu (point in time). Dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai ‘visual language’, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat. Secara tidak sadar manusia selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari, setiap saat. Pada merek dagang komputer yang kita gunakan, koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang kita kenakan, dan masih banyak lagi. Hampir semua hal yang berhubungan dengan desain komunikasi visual mempunyai unsur tipografi di dalamnya. Kurangnya perhatian pada tipografi dapat mempengaruhi desain yang indah menjadi kurang atau tidak komunikatif.

FUNGSI DAN JENIS-JENIS TIPOGRAFI

Fungsi utama dari tipografi adalah membuat teks berguna dan mudah di gunakan.Tipografi berbicara tentang kemudahan dalam membaca teks (readiblity) dan kemudahan dalam mengenali setiap huruf dan kata (legibility). Tipografi menghidupkan teks dalam sebuah tulisan, membuat lebih menarik sehingga pembaca penasaran dan ingin membaca keseluruhan teks. Kejelasan bentuk huruf (legibility) adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu karakter atau rupa atau tulisan tanpa harus bersusah payah membacannya. Keterbacaan (readibility) adalah tingkat kenyamanan atau kemudahan suatu tulisan atau huruf saat dibaca. Serif adalah bagian yang berbentuk kait di ujung strokes Contoh nya: tipografi Jenis-Jenis Tipografi Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis tipografi, diantaranya adalah: 1. Old Style Huruf cetak timah yang ditemukan oleh Johann Guttenberg pada tahun 1440 merupakan tonggak sejarah tipografi yang sangat berarti.Bahkan dikatakan bahwa Guttenberg adalah Bapak Desain Grafis. Setelah era itu, huruf-huruf latin yang kita pergunakan mulai diciptakan satu demi satu. Hingga kini telah ada jutaan jenis font digital. Tokoh-tokoh tipografi terkenal dalam sejarah yang perlu kita kenal di antaranya adalah: Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : “Kemasan” Pengertian & ( Fungsi – Tujuan – Jenis ) DIDOT Didot adalah nama keluarga dari seniman Prancis yang berkiprah di bidang percetakan dan publikasi. Telah dihasilkan karya-karya yang sangat berarti dalam sejarah seni dan teknologi percetakan melalui keluarga seniman tersebut. Francois Didot (1689 – 1757) Pada tahun 1713, dia membuka usaha keluarga yang bergerak di bidang percetakan dan perancangan huruf (type founder) dan hingga tahun 2006, perusahaan ini masih beroperasi di Paris dengan nama Firmin-Didot et Cie. Francois Ambroise Didot (1730 – 1804) Putra dari Francois Didot yang pertama kali menemukan cara mengukur huruf menggunakan satuan point, 1 point sama dengan 1/72 inch. Hingga saat ini system tersebut paling dominan dalam pengukuran huruf. Pierre Didot (1761 – 1853) Putra sulung Ambroise Didot menciptakan ornament-ornamen versi cetak klasik yang popular dengan nama Luovre Edition. Firmin Didot (1764 – 1836) Putra Francois Ambroise yang lain, Firmin Didot, menemukan proses pembuatan plat cetak yang dicor (Guttenberg menemukan huruf timah yang dicor). Dia juga mendesain huruf yang diberi nama Didot. Giambattista Bodoni (1740 – 1813) Seorang ahli cetak dan perancang huruf dari Italia, Giambattista Bodoni, diangkat oleh The Duke of Parma untuk memimpin perusahaan percetakannya. Bodoni bertugas menjadi pengawas saat perusahaan percetakannya menggarap order sebuah penerbitan dalam edisi sangat mewah dari karya Homer’s Illiad serta karya-karya klasik lainnya. Dia juga mencetak edisi peringatan dari Lord Prayer (tembang puji-pujian) yang dicetak dalam 155 bahasa. Bodoni dikenal sebagai desainer modern yang pertama dengan karyanya berupa Roman Style dengan nama Bodoni Book. Huruf yang didesain pada tahun 1798 adalah desain yang memiliki kontras antara bagian stroke yang tebal dan tipis, juga bentuk serif yang lurus. Aldus Manutius (1450 – 1515) Seorang ahli di bidang percetakan. Pada tahun 1490, dengan dukungan dana dari Prince of Carpi, ia mendirikan sebuah perusahaan percetakan di Venice untuk menerbitkan naskah-naskah dalam bahasa Latin Klasik dan Yunani berbentuk buku berukuran kecil yang kemudian kita kenal sebagai buku saku hingga kini. Pada tahun 1500 ia menciptakan huruf miring yang kemudian kita kita sebut Italic (karena berasal dari seorang ahli dari Italia). Huruf italic ini awalnya lebih ramping dibandingkan huruf roman biasa. Penemuan tersebut menurunkan harga buku sehingga lebih murah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun setelah segala sesuatu berkembang, factor penghematan dalam pemakaian space untuk huruf tidak lagi menjadi factor yang dominan.Orang-orang yang bergerak di bidang percetakan menemukan kelemahan dalam penggunaan body text dengan menggunakan huruf italic karena jenis huruf ini lebih sulit dibaca dibandingkan huruf roman. William Caslon (1692 – 1766) Seorang typefounder Inggris.Dia memulai karirnya di London sebagai pengukir (engraver) cetak. Selanjutnya ia membuka perusahaan yang khusus memproduksi karya huruf (typefoundary) yang sangat memperhatikan sifat eligibility (kejelasan), readability (keterbacaan), serta simplicity (kesederhanaan bentuk huruf). Hasil karya itu memungkinkan penggunaan huruf cetak berukuran lebih kecil sehingga satu halaman mampu memuat lebih banyak teks. Frederic William Goudy (1865 – 1947) Ia berasal dari Amerika Serikat dan memulai bisnis di bidang akuntan. Tahun 1895, ketika pindah ke Chicago, ia bekerja di bidang percetakan dan mulai merancang huruf. Ia mulai mendirikan perusahaannya sendiri dan menamainya Village Press di Park Ridge, Illinois tahun 1903. Oleh karena bisnisnya berkembang, ia pindah ke New York pada 1906, dan meneruskan usahanya di sana. Dua tahun kemudian ia berhasil memiliki rumah di daerah Marlboro, New York. Di sini usahanya semakin berkembang. Ia mendesain lebih dari 100 typeface baru. Di antaranya yang masih poluler hingga saat ini adalah Camelot, Forum, Goudy, Goudy Old Style, Kennerley, Titling, dan Village.Ia menerima penghargaan di bidang Graphic Art, termasuk di antaranya medali emas dari Institute of Graphic Arts dan American Institute of Architecs. Ia juga menulis beberapa buku di antaranya A Half Century of Type Design and Typography 1895 – 1945. Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : 10 Pengertian Dan Pola Proses Data Mining Eric Gill (1882 – 1940) Nama yang sesungguhnya adalah Gill (Arthur) Eric Rowton.Dia adalah seorang type designer dan penulis asal Inggris.Ia membuat ukiran baru yang ikut dipamerkan di sebuah pameran di London pada tahun 1911. Dua tahun kemudian dia bergabung dengan sebuah Gereja Katolik Roma. Dalam periode tersebut Eric Gill melahirkan karya ukiran yang sangat bagus berupa salib bergambar Yesus yang hingga kini terpasang di London’s Westminster Cathedral.Pekerjaan itu selesai pada tahun 1918. Karya ukiran lain dipasang di War Memorial Universitas Leeds yang dibuat pada 1922 – 1923. Eric Gill memulai karir sebagai pencipta huruf sejak tahun 1925 dengan menghasilkan huruf Perpetua dan tahun 1927 menghasilkan Gill Sans Serif.Keduanya menjadi huruf yang tetap digemari hingga kini.Gill Sans adalah satu dari 10 font yang paling sering dipakai. 2. Modern Style Meskipun namanya, “modern” jenis huruf ini juga dikenal sebagai Didone, bukanlah hal baru. Pada abad kedelapan belas perbaikan dan perubahan kualitas kertas dan juga digabungkan dengan metode percetakan yang baru membuat beberapa perubahan font dan terciptanya beberapa tipografi baru. Modern adalah istilah yang digunakan untuk mengkategorikan font dibuat pada saat itu atau dalam gaya saat itu. Font modern dikenali oleh tipis, serif horisontal panjang, dan yang jelas tebal atau transisi tipis di stroke.Tarikan garinya adalah vertikal, tidak ada yang miring pada huruf. Mereka cenderung terlihat sangat terstruktur dan dapat dianggap dingin.Karena itu, font modern dapat terlihat benar-benar eye-catching dan sangat elegan pada ukuran besar. Mereka tidak cocok untuk sejumlah besar tubuh teks, baik di web atau di cetak. Ketika digunakan untuk body copy di media cetak, efek yang disebut “menyilaukan” terjadi, garis tebal menjadi sangat menonjol sedangkan garis tipis hampir menghilang. Yang terbaik untuk menjaga mereka untuk judul dan sub-judul.Anda tidak dapat menggunakan jenis huruf yang modern terlalu sering, tetapi sebagai seorang desainer itu bagus untuk dapat memilih dan mengenali kategori font. Salah satu jenis modern font yang terkenal adalah Bodoni yang di ciptakan oleh Giambattista Bodoni pada tahun 1798. Typefacenya diuraikan sebagai Didone modern.Bodoni mengikuti ide dari John Baskerville, seperti yang ditemukan dalam jenis pencetakan Baskerville yang kontras dan stroke meningkat, lebih vertikal, dan Uppercase. Bodoni memiliki karir yang panjang tentang desain, meskipun desain ini kemudian sah disebut “modern”, desain sebelumnya adalah “transisi”. Diantara versi digital, ada dua contoh yang bagus tentang periode sebelumnya, sebelumnya transisis: Sumner Stone’s ITC Bodoni, and Günther Lange’s “Bodoni Old Face” for Berthold. Bodoni mengagumi karya John Baskerville dan mempelajari secara rinci jenis desain pendiri Perancis Pierre Simon Fournier dan Firmin Didot. Meskipun ia menarik inspirasi dari karya para desainer diatas Didot, Bodoni menemukan gaya sendiri untuk tipografinya yang bisa di terima oleh dunia percetakan. 3. Slab Serif (Egyptian) Kelompok huruf Slab Serif ditandai dengan serif yang tebal bahkan sangat tebal.Masa kemunculan jenis huruf ini bervariasi dan ikut menandai kemunculan huruf-huruf yang berfungsi lebih tepat sebagai penarik perhatian, yaitu sebagai Header. Slab Serif Muncul sekitar abad 19, kelompok bergaya Slab Serif awalnya digunakan sebagai display type untuk menarik perhatian pembaca poster iklan dan flier. Disebut juga Egyptian karena bentuknya yang berkesan berat dan horisontal, mirip dengan gaya seni dan arsitektur Mesir Kuno. Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Manfaat Dan Tujuan Desing Grafis Dalam Bidang Pendidikan Dan Kehidupan Sehari-hari Dikenal dengan sebutan lain sebagai Slab Serif (abad ke-19) karena Sirip/ Kait dan garisnya memiliki ketebalan yang sama, jika dilihat seperti papan. Font ini telah dikenal sebagai “Antique” dan “Egyptian” dan beberapa nama keluarga dari jenis font ini mencerminkan pengaruh Mesir: Kairo, Karnak, Memphis, dll. Serif slab sangat baik digunakan untuk membuat judul namun tidak baik untuk keterbacaan bila digunakan sebagai body copy. Jenis font Slab Serif diantaranya adalah: Beton, Aachen, Calvert, Lubalin Graph, Memphis, Rockwell, Serifa, Clarendon, Stymie, dll. 4. SanS Serif Jenis huruf berciri Sans Serif (yang artinya: tanpa serif) mulai muncul tahun 1816 sebagai display type dan sangat tidak populer di masyarakat karena pada saat itu dianggap tidak trendi sehingga dinamakan Grotesque, yang artinya lucu atau aneh. Contohnya Akzidenz- Grotesk. Sans Serif mulai populer pada awal abad 20, saat para desainer mencari bentuk-bentuk ekspresi baru yang mewakili sikap penolakan terhadap nilai-nilai lama, yaitu pengkotakan masyarakat dalam kelas-kelas tertentu. Gerakan yang disebut dengan Modern Art Movement ini mulai menghapus dekorasi dan hiasan berlebihan pada desain, yang pada saat itu dianggap menyimbolkan golongan kaya dan penguasa. Sans Serif dibagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu Grotesque, Geometric, Humanist Sans Serif yang muncul sebelum abad 20 masuk dalam golongan Grotesque. Contoh: Helvetica, Univers, Akzidenz Grotesk. Geometric Sans Serif memiliki bentuk yang geometris mendekati bentuk-bentuk dasar/basic shapes (segi empat, segi tiga, lingkaran). Mengekspresikan masyarakat industri dan mekanis. Sedangkan huruf humanis berkesan lebih natural dibandingkan dengan grotesque dan geometric. Terdapat tiga ciri utama dari huruf sans serif, yaitu: Garis melengkung berbentuk square atau persegi. Terdapat perbedaan kontras yang halus. Bentuk mendekati penekanan ke arah garis vertikal. Sans Serif memiliki keunikan dengan ciri bentuk huruf tanpa sirip atau serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Prinsip Tipografi Prinsip pokok tipografi merupakan kaidah-kaidah atau beberapa aturan dasar yang harus kita perhatikan dalam membuat sebuah karya yang berkaitan dengan huruf, dan beberapa prinsip pokok tipografi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Legibility Legibility Legibility yaitu kemudahan mengenali huruf dan membedakan masing-masing huruf atau karakter. Legibility haruslah dimiliki oleh huruf karena untuk menghindari kesalahan dalam mengenali huruf. Suatu jenis huruf dikatakan legible apabila masing-masing huruf atau karakter-karakternya mudah dikenali dengan jelas satu sama lain. Jika karya tipografi anda memiliki legibility yang kurang baik, walaupun masih bisa untuk dikenali hurufnya, akan tetapi bentuk huruf dari karya anda tersebut akan memiliki distorsi bentuk yang cukup susah untuk dimengerti, sehingga butuh waktu sedikit lebih lama untuk mengenali huruf tersebut meskipun huruf tersebut dalam ukuran besar. Namun jika huruf pada karya anda ini digunakan dalam ukuran yang kecil maka pembaca akan sangat sulit mengenali huruf tersebut. 2. Readability Readability Readability merupakan tingkat keterbacaan suatu teks. Teks yang readible berarti keseluruhannya mudah dibaca. Readability dipengaruhi oleh kombinasi huruf dan jaraknya. Susunan huruf yang sebelah kiri pada gambar di atas ini memiliki tingkat readability yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan kerapatan antar huruf / kerning yang begitu rapat sehingga menyebabkan kata tersebut sulit untuk dibaca, tetapi berbeda dengan susunan huruf yang di sebelah kanan, kata CLEAN tersusun dengan susunan huruf yang begitu mudah untuk dibaca karena jarak / kerning antar huruf tersebut tidak terlalu dekat. Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Flowchart adalah 3. Visibility Visibility Visibility berhubungan dengan jarak pandang atara pembaca dengan objek. Semakin jauh jarak pandang maka visibility-nya akan berkurang, namun apabila tingkat legibility dan readability suatu huruf sudah baik, maka dengan jarak yang cukup jauh pun akan tetap visible. Pada susunan kata CLEAN di atas, karena Legibility dan Readability sudah tersusun dengan baik maka Visibilitynya pun juga akan terlihat sangat baik yang mana kata CLEAN tersebut bila dilihat dari jarak jauh dan dekat sama-sama dapat terbaca dengan jelas.

Tipografi

Pengertian Tipografi Tipografi atau dalam bahasa Inggris yaitu Typography merupakan suatu ilmu memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk dapat menciptakan kesan tertentu dan khusus, sehingga dapat menolong para pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Peran dari pada tipografi itu sendiri adalah untuk dapat mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat. Terkadang secara tidak sadar, kita semua selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari dan setiap saat. Seperti pada koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang biasa kita kenakan dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Dikenal pula sebagai seni tipografi, yaitu suatu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama dan pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan Pengertian Tipografi Menurut Para Ahli Berikut ini terdapat beberapa pengertian tipografi menurut para ahli, diantaranya adalah: Danton Sihombing ( Anggota DGI. 2001:58 ) Tipografi merupakan representasu visual dari sebuah bentuk komunikasi adalah sifat verbal dan prperti visual dan efektif. Roy Brewer (1971) dalam buku “Pengantar Tipografi” Tipografi dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada halaman cetak. Dendi Sudiana (2001:1) dalam buku “Pengantar Tipografi” Tipografi adalah elemen grafis yang paling mudah dibaca. Tetapi melalui kata-kata yang terdiri dari huruf dan oleh huruflah yang memandu pemahaman pembaca pesan atau ide. Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Pengertian Design Grafis Lengkap Dengan Klasifikasi Dan Tipografinya Stanley Marrison “Tipografi dapat didefinisikan sebagai keterampilan mengatur bahan cetak secara baik dengan tujuan tertentu; seperti mengatur tulisan, membagi-bagi ruang atau spasi, dan menata atau menjaga huruf untuk membantu secara maksimal agar pembaca memahami teks. Tipografi merupakan cara hemat untuk benar-benar membuat bermanfaat dan hanya secara kebetulan mencapai hasil estetis, oleh karena menikmati pola-pola, jarang sekali menjadi tujuan utama.” Sejarah Tipografi Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph.Bentuk bahasa ini dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa.Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya.Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi. Tipografi berasal dari bahasa Yunani yaitu typos (mould, impression, shape) dan graphein (writing, carving). Tipografi merupakan seni dan teknik dalam menyeleksi dan mengatur font type, point size, line lengths, line leading, character spacing, dan word spacing untuk ditampilkan dalam suatu aplikasi media.

Selasa, 31 Maret 2020

Istilah-Istilah Dalam Film

Untuk mengetahui bahasa televisi/film, kita harus mempelajari kata-katanya, susunan kalimatnya dan tata bahasanya. Hal tersebut meliputi makna masing-masing gambar (frame), hubungan antar frame (shot), hubungan antar shot (scene) dan hubungan antar scene (sequence)
1. Shot, 
Shot adalah bagian dari adegan. Seperti halnya kata-kata yang diajarkan, diurutkan satu sesudah yang lain tetapi belum tentu membentuk kalimat, begitu juga sambungan gambar-gambar menjadi satu rangkaian tertentu belum tentu dengan sendirinya berkata sesuatu. Bila hubungan gambar yang satu dengan yang lain itu memang dimaksudkan untuk menceritakan
sesuatu haruslah ada unsur-unsur yang menunjukkannya. Unsur-unsur itu dapat dicari dalam komposisi gambar-gambar itu sendiri. Misalnya obyek yang bergerak dalam frame, dalam dialog yang diteruskan, atau dalam hubungan penonton dengan obyek-obyek dalam cerita itu sebagai akibat dari letak kamera atau lensa khusus yang dipergunakan. Segala cara untuk
menghubungkan gambar-gambar dalam satuan tertentu sehingga dapat dicampur-campur disebut editing. Susunan gambar menjadi satu shot diatur menurut aturan tertentu itulah yang membuat penonton yang melihatnya akan dapat mengartikannya. Penonton akan mampu membaca dan menafsirkan apa saja yang mau diungkapkan oleh “kalimat” tertentu itu.
2. Scene (adegan), 
Untuk membuat suatu scene, shot-shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene yang klasik disusun mulai dengan long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Orang-orang bukan lagi mempertahankan shot-shotnya dalam membuat
scene, tetapi arti scene itu sendiri. Hal penting yang diperlukan dalam sebuah scene adalah sebuah adegan atau action yang dipandang dari beberapa sudut kamera. Misalnya sebuah scene mengenai perkelahian, maka akan terlihat perkelahian itu dari sudut kiri dan kanan, dari lawan satu ke lawan yang lain.
Ada bermacam transisi untuk menyusun shot-shot menjadi scene, yaitu cut, dissolve, fade in, fade out, wipe. Transisi-transisi ini dapat dipakai untuk menunjukkan hubungan peristiwa, pergantian waktu atau tempat.
- Cut, adalah perpindahan atau pergantian langsung dari satu shot ke shot yang lain. Cut mempunyai fungsi untuk kesinambungan action, detail obyek, perubahan tempat dan waktu, serta menciptakan irama kejadian.
- Dissolve, adalah perpindahan gambar secara tumpang tindih dari akhir suatu shot dengan awal dari suatu shot berikutnya
- Fade, adalah efek optik yang digunakan untuk keperluan transisi, dimana gambar berubah secara berangsur-angsur menjadi gelap (fade out) atau dari gelap perlahan-lahan menjadi nampak gambarnya (fade in).
- Wipe, adalah efek optik yang berfungsi sebagai transisi dari adegan pada layar tampak seperti garis menghapus gambar yang terdahulu, sementara gambar adegan berikutnya mulai muncul mengikuti garis tersebut.
3. Sequence (babak), 
Jika scene-scene disusun menjadi satu kesatuan, kita akan mendapatkan sebuah sequence. Dalam suatu sequence, diperoleh suatu mood atau kejadian utuh. Misalnya sebuah sequence tentang pengejaran seorang penjahat. Terlihat dalam sequence itu, seorang penjahat yang lari melalui jalan raya, terminal, jembatan, sungai, hutan dan dibelakangnya banyak polisi yang mengejarnya beserta anjing-anjing pelacak sampai pengejaran itu berakhir, entah penjahat itu tertangkap entah tidak. Bila penjahat itu tertangkap, sequence berikutnya mungkin sequence di pengadilan. Kalau tidak tertangkap, sequence berikutnya adalah penjahat itu bertemu dengan
teman-temannya.
20
Sebuah sequence biasanya terdiri dari scene-scene pendahuluan, tengah dan akhir yang kemudian disambung oleh sequence lain dengan struktur yang sama. Berdasarkan kepandaian mempergunakan jenis-jenis hubungan (transisi) shot-shot menjadi scene, dari scene-scene menjadi sequence itu, suatu cerita akan menunjukkan gaya tersendiri. Dengan gaya yang khusus dapat dikenali sebuah film romantik, dramatis, komedis atau tragis.
Terdapat lima prinsip yang perlu diperhatikan agar pengambilan gambar yang akan dilakukan mempunyai nuansa sistemik. Kelima prinsip itu adalah camera angle, continuity, close up, composition, dan cutting.
1. Camera angle
Camera angle adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili penonton. Dengan demikian, penempatan kamera menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat penonton atau oleh kamera pada suatu shot. Sebagai patokan untuk menetapkan posisi kamera dalam pengambilan gambar terdapat dua buah pertanyaan yang harus dijawab yaitu, dimanakah sudut pandang terba k untuk pengambilan suatu adegan (scene) dan seberapa luas atau banyak wilayah yang harus diambil Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya, jika penempatan sudut kamera dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah di shot kemungkinan tidak tertangkap atau sulit dipahami oleh penonton. Oleh karena itu, penempatan sudut pandang kamera menjadi
faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.
2. Continuity
Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan , lancar, dan mengalir secara logis. Inilah aspek continuity sebuah film. Sebuah film, baik itu sebuah rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus21 mampu memberikan sebuah realitas kehidupan yang nyata bagi penontonnya. Dengan demikian, dapat dikatakan film adalah suatu dunia pura-pura yang meyakinkan dan itu dapat terwujud apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik dan diterima wajaroleh penonton.
Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail, karena dengan cara demikianlah kesinambungan dapat terjaga dengan baik. Dalam perencanaan (pra produksi), baik itu yang berupa catatan-catatan ide, corat-coret outline, desain storyboard, ataupun shoting script, harus memasukkan pertimbangan kesinambungan ini, karena jika tidak dilakukan, film yang dibuat hanya merupakan kumpulan shot yang tidak jelas.
Film mempunyai waktu dan ruangnya sendiri. Waktu dalam film dapat dipersempit atau dikembangkan.
a. Kesinambungan waktu
Waktu yang sesungguhnya selalu bergerak ke depan, tetapi dalam film waktu dapat dimainkan. Ada empat kategori waktu dalam film, yaitu masa sekarang, masa lampau, masa depan dan menurut kondisi waktu.
- Masa sekarang
Film yang menggunakan kesinambungan masa sekarang berarti membuat keseluruhan film itu seperti terjadi saat ini. Kejadian masa lampau dapat juga diceritakan seperti terjadi masa kini.
Kesan dramatis akan terasa lebih kuat karena seolah-olah penonton diajak terlibat seperti menjadi saksi peristiwa tersebut
- Masa lampau
Masa lampau dapat diceritakan secara flashback untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi sebelum cerita dimulai atau perulangan peristiwa yang sudah disajikan terlebih dahulu.
22
Cerita sejarah dapat ditampilkan seolah-olah terjadi masa kini didepan penonton.
- Masa depan
Kilasan ke depan adalah kebalikan dari flashback. Waktu bergerak maju ke masa depan untuk menggambarkan kejadiankejadian yang akan atau dapat terjadi dan kemudian kembali ke
masa kini. Biasanya berupa sebuah dugaan atau khayalan ilmiah (science fiction)
- Kondisi waktu
Yang dimaksud kondisi waktu adalah penggambaran waktu sebagaimana dikondisikan oleh elemen-elemen lain dalam cerita. Biasanya digunakan untuk menggambarkan mimpi buruk, fantasi tokokh yang ada dalam cerita, ingatan seseorang akan peristiwa traumatic dan sebagainya.
b. Kesinambungan ruang
Cerita yang peristiwanya bergerak dari satu tempat ke tepat lain membutuhkan pemikiran kesinambungan ruang. Agar dapat diterima dengan mudah oleh penonton, suatu kerangka logika dari suatu pergerakan harus diperlihatkan. Penonton harus dibuat sedemikian rupa menyadari lokasi/ruang dari action dana rah gerakan itu sehingga penonton selalu sadar darimana pemain datang dan kemana pemain pergi.
Untuk menggambarkan sebuah perjalanan panjang, ruang dapat dipersingkat dan tidak perlu semua ditunjukkan. Cukup mengambil bagian yang terpenting dan bagus yang dapat memberi kesan suatu progress ke tujuan.
3. Close up
Close up adalah sarana yang sangat unik dalam video. Close up pada video memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan detail dalam suatu kejadian. Dalam sebuah pertunjukan drama, music ataupun tarian diatas panggung, penonton harus menyaksikan dari jarak tertentu dan tidak dapat berubah-ubah. Dengan menggunakan close up, video dapat tersaji bagian kecil dari suatu kejadian dalam adegan. Penonton sesaat dapat melihat secara detail bagian yang sangat kecil itu. Misalnya, adegan seorang dokter sedang menancapkan jarum suntuk ke lengan pasien, dalam drama panggung penonton tidak akan dapat menyaksikan dengan jelas. Close up yang dipilih secara seksama, direkam secara
sempurna, dan disunting dengan tepat akan menciptakan dampak
dramatis dalam suatu kejadian.
Close up adalah salah satu sarana penuturan cerita yang sangat kuat
bagi pembuat film. Sutradara film cerita biasanya sangat berkepentingan
dengan aspek-aspek visual dan close up. Oleh karena itu close up harus
dipertimbangkan, baik dari sudut visual maupun penyuntingnya.
4. Composition
Seorang pembuat film akan selalu dihadapkan pada salah satu hal yang sangat penting untuk dipikirkan dalam proses pembuatan film, yaitu bagaimana pembuatan komposisi yang baik disetiap adegan dalam film. Tujuan membuat gambar dengan pertimbangan komposisi adalah
menampilkan gambar yang menarik bagi penonton agar penonton tidak mau melepaskan gambar yang ditampilkan dalam sekejap mata pun. Maka penonton tidak akan berpindah kea rah lain atau tergoda untuk menengok tempat lain.
Komposisi merupakan pengaturan dari unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang serasi dalam sebuah bingkai. Seorang kameramen harus menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai dalam viewfinder kamera, yang dikenal dengan istilah framing. Komposisi berhubungan dengan selera artistic, kesadaran emosional, pengalaman dan latar belakang pribadi juru kamera sehingga seyogyanya komposisi jangan digariskan dengan aturan yang ketat. Penataan komposisi bukanlah sesuatu yang mekanik. Perhitungan matematika dan geometri memang menunjang keberhasilan, namun kesulitan mendasar dalam membuat komposisi untuk audio visual bagi seorang juru kamera tidak saja berurusan dengan bentuk dari pemain dan obyek tetapi juga dengan bentuk gerakan. Oleh karena itu, jika seorang juru kamera mau memakai pengaturan komposisi fotografi (statis) sebagai pertimbangan dalam membuat video yang bergerak, dia harus memperhatikan kesinambungannya. Oleh karena itu juru kamera harus membuat setiap frame dalam sebuah shot berdasarkan prinsipprinsip sinematik, yaitu keindahan komposisi dari gambar-gambar bergerak. Maka setiap shot harus dirancang berdasarkan tujuan sinematik yaitu:
a. Mengarahkan perhatian penonton pada subyek/obyek yang terpenting Dalam setiap adegan, shot-shot hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga mengarahkan perhatian penonton kepada subyek/obyek yang mempunyai arti dramatic. Untuk itu, juru kamera perlu
memperhatikan berbagai macam cara pengambilan gambar, yaitu:
- Berdasarkan ukuran dan jarak subyek/obyek
Biasanya mata penonton akan tertarik pada subyek/obyek yang lebih besar dan dekat daripada subyek/obyek yang lebih kecil dan jauh. Wajah seorang aktor yang muncul di latar depan sangat mungkin menjadi titik fokus perhatian penonton.
- Ketajaman fokus
Subyek/obyek yang menjadi focus akan lebih diperhatikan penonton daripada yang kabur. Misalnya juru kamera telah menempatkan dua tokoh yang sedang berbicara, yang satu diatur
sedemikian rupa mempunyai ukuran yang lebih besar sedangkan satunya berada lebih jauh dari kamera sehigga ukurannya lebihkecil. Namun, karena fokusnya diletakkan pada subyek yang ukurannya lebih kecil, maka subyek tersebut akan lebih menarik perhatian penonton disbanding subyek yang ukurannya besar tapi gambarnya kabur.
- Bergerak
Mata akan lebih tertarik pada benda yang bergerak dibandingkan yang statis. Sebuah benda yang bergerak ditengah adegan yang statis akan menarik perhatian penonton.
- Close up ekstrem
Close up ekstrem merupakan cara yang baik yang akan mempengaruhi penonton agar memusatkan perhatian pada apa yang dimaksudkan juru kamera. Misalnya pada adegan
sekelompok prajurit yang berdiri berjajar terdapat seorang prajurit yang selalu memutar-mutar pedangnya sementara yang lain diam saja. Prajurit yang memutar-mutar pedang tersebut tentu akan menjadi pusat perhatian penonton.
- Pembingkaian latar belakang
Juru kamera dapat membuat bingkai baru dalam frame dengan memanfaatkan latar depan subyek/obyek yang akan diarahkan sebagai pusat perhatian. Misalnya juru kamera mengambil
gambar seseorang yang sedang membaca di taman dari sela-sela dedaunan pagar hidup.
- Menggunakan cahaya atau warna
Penggunaan warna dan cahaya dapat membantu penonton mengarahkan perhatian pada subyek/obyek yang penting. Bendabenda yang terang akan lebih menarik dibandingkan yang gelap.
Demikian juga warna-warna cerah akan lebih menarik
dibandingkan warna suram.
- Gerak lensa zoom Lensa zoom adalah lensa yang memiliki kemampuan
mendekatkan atau menjauhkan subyek/obyek secara optik tanpa harus mendekatkan atau menjauhkan kamera. Dengan menggunakan gerakan lensa zoom suatu adegan dapat semakin
terasa dramatis
- Gerak kamera mobil
Jika kamera dapat mengikuti arah gerak mobil, maka kemungkinan pengayaan gerak akan semakin bertambah. Dengan membebaskan kamera pada posisi statisnya, seorang juru kamera dapat menciptakan sudut pandang kamera yang terus menerus sehingga penonton memperoleh sajian gambar bergerak. Misalnya dengan memasang kamera diatas derek atau
crane atau steady cam, juru kamera dapat menggerakkan kamera dengan mulus kemana saja. Dengan demikian unsur dramatis semakin meningkat.
b. Menciptakan ilusi kedalaman.
Komposisi sinematik juga harus memberikan perhatian pada usaha untuk menciptakan ilusi kedalaman atau suatu kesan tiga dimensi pada layar yang pada dasarnya layar tersebut bersifat dua dimensi. Untuk mencapai tujuan itu, seorang juru kamera dapat menggunakan
beberapa macam teknik
- Gerak subyek
Untuk menciptakan kesan kedalaman, seorang juru kamera dapat mengatur subyek agar melakukan gerakan diagonal atau mengatur penempatan kamera pada posisi tertentu sehingga pada hasil pengambilan gambar nantinya dapat mendapatkan
gerakan diagonal.
- Seleksi pokok
Dengan membuat subyek tertentu lebih focus (tajam) disbanding subyek yang lain, akan tercipta suatu dimensi kedalaman pada
gambar yang di rekam.
- Pembingkaian latar depan
Subyek utama diberi bingkai oleh subyek atau obyek dilator depan. Contohnya, seorang tukang ban mobil sedang asyik dengan pekerjaannya membongkar ban yang bocor. Seorang juru kamera mengambil sebuah ban luar yang ukurannya besar kemudian diletakkan berdiri. Selanjutnya kamera diletakkan setinggi ban tersebut dan mengambil gambar tukang tambal ban yang sedang asyik mengerjakan pekerjaannya dari celah ban yang posisinya berdiri. Pengambilan gambar yang demikian juga dapat menciptakan kesan tiga dimensi.
- Efek dengan penyinaran cahaya
Dengan memberi cahaya yang berbeda intensitasnya pada suatu subyek diantara subyek subyek lain yang tidak mendapatkan cahaya dengan intensitas yang sama, juga dapat menciptakan
kesan kedalaman. Contohnya, sebuah adegan three shot dengan komposisi subyek berdiri di kiri dan kanan sedangkan seorang subyek yang lain sedang duduk dikursi yang rendah. Kemudian sebuah sorotan cahaya lunak diterpakan ke wajah subyek yang duduk di tengah itu. Keadaan yang demikian dapat menciptakan kesan gambar yang mempunyai kedalaman.
5. Cutting (Editing)
Editing adalah jiwa dari sebuah film. Editing adalah suatu proses memilih, mengatur dan menyusun shot-shot menjadi satu scene, menyusun dan mengatur scene-scene menjadi sequence yang akhirnya merupakan rangkaian shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Dengan kata lain, pekerjaan editing adalah menyingkirkan semua yang berlebihan,
yang tidak diperlukan dalam pengambilan gambar sebelumnya, termasuk
pengambilan gambar yang salah.
Editor adalah seseorang yang mempunyai peran membantu atau bekerja sama dengan sutradara, mempunyai kewajiban merangkai gambar dengan baik dan teliti sehingga dapat bercerita kepada penonton. Editor harus bekerja dengan menggunakan kepekaan artistic, persepsi artistikdan pertimbangan estetik dengan menyertakan keterlibatan batinnya menjadi bagian dari film yang akandibuat.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang editor ketika melakukan
tugas editing:
- Memilih shot
- Mempertimbangkan keterpaduan dan kesinambungan
- Memilih jenis transisi yang digunakan
- Membentuk irama/tempo
Dalam pembuatan film, terdapat tiga jenis editing, yaitu kesinambungan, kompilasi, dan gabungan kesinambungan dan kompilasi.
a. Editing kesinambungan
Penuturan cerita disampaikan dengan menyusun gambar secara berurutan dan berkesinambungan.
b. Editing kompilasi
Penuturan cerita disampaikan dengan narasi dan gambar-gambar yang ditampilkan sebagai ilustrasi dalam penuturan tersebut sehingga penonton menjadi terbantu oleh gambar-gambar dalam memahami uraian naratifnya.
c. Gabungan editing kesinambungan dan kompilasi
Film-film cerita dapat menggunakan kedua jenis editing tersebut meskipun biasanya lebih sering dengan editing kesinambungan. Namun, pada intro yang menggunakan trailer, biasanya menggunakan editing kompilasi dari
cuplikan peristiwa yang nanti akan disajikan dalam cerita utuhnya.